Dulu sepatu yang in hanya bisa dimiliki kaum borju. Rakyat jelata beruntung
punya sepasang sepatu kuat untuk bekerja. Sebaliknya, Marie Antoinette,
Ratu Prancis yang dipancung dengan guilotine tahun 1793, konon punya
satu pelayan yang khusus mengurus 500 pasang sepatunya.
Di abad XIX, hampir semua orang di Amerika Serikat bisa bersepatu
karena mesin sepatu telah ditemukan. Namun, tahun 2000 orang miskin
yang telanjang kaki masih banyak didapati di berbagai belahan dunia.
Ironisnya, Imelda Marcos malah mengoleksi 3.000 pasang sepatu •
sepatunya yang berbahan satin kini ada di Museum Bata, Kanada.
Paris Hilton sang tahanan yang socialite, bintang reality show,
penggila pesta • selama tiga minggu di musim panas tahun lalu • sempat
mengkoleksi sepatu sport. Dalam situs resminya Paris mengungkapkan kalau
koleksi sepatunya terinspirasi koleksi mahakarya Christian Louboutin,
Christian Dior dan Yves Saint Laurent.
Alas kaki yang Anda gunakan, ternyata memilik sejarah yang menarik. Sejarah sepatu berasal dari tahun 8000-7000 SM, dan ditemukan di Oregon Amerika Serikat pada tahun 1938 terbuat dari kulit sapi, ada pula dari kulit beruang coklat.
Pada jaman Sebelum Masehi, model desain sepatu hanya seperti kantong
kaki yang hanya memiliki fitur tali dari bahan kayu atau sejenis
ranting halus, dan kulit rusa pada bagian samping
Pada jaman abad pertengahan sepatu mulai berkembang dari model flaps stogle atau drawstringsuntuk
mengencangkan sepatu agar pas di kaki para pemakainya. Pada Abad
pertengahan aplikasi ini masih dipakai untuk pembuatan sepatu, tetapi
dengan tekstur lebih halus dan tekstur bagian kiri dan kanan dapat
dilihat. Sekitar abad ke-20 mulailah kemajuan di bidang industri
dan pembuatan material yang digunakan untuk pembuatan sepatu sudah
bervariatif yaitu seperti bahan plastik, karet dan sintetik
Sejarahwan June Swann asal Northampton, Inggris
pun berceloteh, sepatu adalah indikator terbaik dalam menunjukkan
perasaan seseorang. Memang benar demikian. Dari sepatu kita juga bisa
belajar soal budaya dan sejarah.
Menoleh sebentar ke masa silam, sepatu pertama yang diciptakan, dari modelnya lebih cocok disebut sandal. Pada awal peradaban manusia, sekitar tahun 1600-1200 SM di Mesopotamia • sandal yang digunakan penduduk yang tinggal di daerah pegunungan di perbatasan Iran • bentuknya sederhana, serupa alas kaki yang dipakai suku Indian.
Luciana Boccardi dalam buku Party Shoes (1993) menulis: perempuan sudah memakai sepatu dari kulit yang lembut sejak seribu tahun sebelum Masehi. Nefertiti dan Cleopatra sudah memakai sandal yang diukir dan diberi perhiasan. Dan Boccardi juga bercerita kalau perang (tahun 1940-1945) telah menyebabkan sepatu tidak hanya terbuat dari kulit, tetapi juga dari kain sutra, kertas kaca, tali rafia, tali rami dan sebagainya.
Yang terakhir Lauren Solomon, stylish firma keuangan global JP Morgan Chase yang berbasis di New York angkat suara, katanya, jika seseorang memperhatikan sepatu yang dikenakannya, sudah pasti mudah baginya mengenakan pakaian yang sesuai dengan pekerjaannya. Lauren mengklaim satu-satunya tanda kesuksesan bukan dilihat dari pakaian, dasi atau jam. Keagungan (pria) malah dilihat dari kombinasi sepatu dan ikat pinggang yang dikenakan.
Yang jadi pertanyaan cukup sederhana, kenapa sepatu dirasakan begitu penting bagi orang-orang terkenal? Banyak cerita dan kebiasaan yang juga berkaitan dengan sepatu. Sebut saja cerita Kucing Bersepatu Lars dan Cinderella yang bisa menikah dengan sang pangeran ‘gara-gara’ sepatu kacanya. Di China, saat Dinasti Song (960 M) berkuasa, ada kebiasaan untuk mengikat kaki bayi perempuan dengan sepatu khusus sehingga kakinya seperti kuncup bunga Lotus.
Dalam perkembangannya, pada sepatu terkandung simbol dan status. Yang biasa cuek dengan pakaian, belum tentu cuek dengan alas kaki. Sepatu se-iya-nya enak dipakai dan berdesain menarik. Sepatu demikian tentu mahal. Artinya, hanya orang tertentu yang bisa memiliki.
Kalau dalam dunia baju dan tas, musim panas identik dengan warna cerah.
Sepatu pun sama. Berbagai model mulai dari retro, model lama sampai masa
kini rupanya masih dijadikan pijakan para pembuat sepatu. Dengan
sentuhan kekinian dipadu kreativitas, model-model baru lahir dalam
nuansa segar.
Selain mode, sepatu juga disukai karena enak dipakai dan terjangkau harganya. Atlet Michael Jordan sendiri pernah mempopulerkan sepatu kets • yang serupa tapi tak sama • dan mulai disukai tahun 1970-an. Penampilan dan kenyamanan terkadang sulit disatukan, apalagi di dunia fesyen. Malah sering bertolak belakang. Sepatu salah satu contohnya.
Selama ini ada anggapan kalau high heels adalah model sepatu yang paling pas dikenakan untuk membuat penampilan seksi dan elegan. Tak heran, sepatu hak tinggi selalu menjadi pilihan, walau si pemakai merasa tidak nyaman. Kini para desainer sepatu kian gencar meluncurkan sepatu yang nyaman selain pas, seksi dan elegan untuk dipakai. Model tumit datar (flat shoes) contohnya.
Mereka tak kehilangan akal untuk menampilkan kesan trendi dan seksi melalui sepatu ini. Kesan seksi mereka munculkan dari bagian atas yang berpotongan rendah sehingga banyak menampakkan kaki bagian atas. Berbagai detail dan motif juga mereka aplikasikan dengan jeli untuk mempercantik tampilan sepatu. Benar kata June Swann: “…bukankah kita bisa bercermin dari segala hal, termasuk sepatu?”
Selain mode, sepatu juga disukai karena enak dipakai dan terjangkau harganya. Atlet Michael Jordan sendiri pernah mempopulerkan sepatu kets • yang serupa tapi tak sama • dan mulai disukai tahun 1970-an. Penampilan dan kenyamanan terkadang sulit disatukan, apalagi di dunia fesyen. Malah sering bertolak belakang. Sepatu salah satu contohnya.
Selama ini ada anggapan kalau high heels adalah model sepatu yang paling pas dikenakan untuk membuat penampilan seksi dan elegan. Tak heran, sepatu hak tinggi selalu menjadi pilihan, walau si pemakai merasa tidak nyaman. Kini para desainer sepatu kian gencar meluncurkan sepatu yang nyaman selain pas, seksi dan elegan untuk dipakai. Model tumit datar (flat shoes) contohnya.
Mereka tak kehilangan akal untuk menampilkan kesan trendi dan seksi melalui sepatu ini. Kesan seksi mereka munculkan dari bagian atas yang berpotongan rendah sehingga banyak menampakkan kaki bagian atas. Berbagai detail dan motif juga mereka aplikasikan dengan jeli untuk mempercantik tampilan sepatu. Benar kata June Swann: “…bukankah kita bisa bercermin dari segala hal, termasuk sepatu?”
Sejarah Sepatu dari tahun 1800 - 2008
1800
Sepatu bersol karet pertama dibuat dan dinamakan “Plimsolls.”
1892
Pertama-tama Goodyear, kemudian perusahaan sepatu karet dan divisi dari US Rubber Company, memulai memproduksi sepatu karet dan kanvas dalam nama yang berbeda dan pada akhirnya ditentukan bahwa Keds adalah nama yang terbaik.
1908
Marquis M. Converse mendirikan Converse shoe company, yang merevolusi permainan bola basket lebih dari seabad dan menjadi ikon Amerika.
1917
Sepatu keds adalah sepatu atletik pertama yang diproduksi secara massal. Kemudian sepatu ini nantinya akan disebut sneakers oleh Henry Nelson McKinney, seorang agen periklanan untuk N.W. Ayer & Son, karena solnya lebih halus dan tidak menimbulkan suara decitan pada kondisi tertentu.
1917
Converse mengeluarkan sepatu basket pertama, the Converse All Star.
1920
Adi Dassler, pendiri Adidas, mulai memproduksi sepatu olahraga buatan tangan di kamar mandi ibunya, tanpa bantuan alat-alat listrik.
1923
The All Star memberikan kesempatan pada Chuck Taylor All Star, seorang pemain basket, seorang bocah dan pemberontak untuk lebih dari 50 tahun. Dia juga dikenal sebagai Chucks, Cons, Connies, sepatu itu sejak dirilis telah terjual lebih dari 744 juta di 144 negara.
1924
Adi dan Rudolph Dassler, dengan bantuan 50 anggota keluarganya, mendaftarkan bisnisnya dengan nama Gebr der Dassler Schuhfabrik di Herzogenaurach, Jerman. Ini menjadi awal berdirinya Adidas seperti sekarang
1931
Adidas memproduksi sepatu tenis pertamanya.
1935
Converse merilis the Jack Purcell dengan logo “Smile” di bagian depan. Sepatu itu menjadi sangat terkenal di Hollywood dan di kalangan anak-anak nakal, namun pada tahun 1930, ketika badminton dan tenis menjadi terkenal, Jack Purcell hanya tinggal sejarah.
1948
Puma Schuhfabrik Rudolf Dassler didirikan dan dunia dikenalkan pada PUMA Atom, sepatu sepak bola pertama PUMA digunakan oleh tim sepakbola Jerman Barat.
1950’s
• Sneakers menjadi sepatu pilihan di mana-mana dan menjadi simbol dari pemberontakan. Murah dan mudah diperoleh oleh seluruh anak muda di seluruh dunia. Di U.S., cheerleaders menggunakan sweaters, rok mini dan kaos kaki pendek dengan sepatu dan atasan canvas (atau keds). The fashion secara resmi diperkenalkan ketika James Dean difoto menggunakan celana jinsnya dan sneakers putih.
• Sepatu bertumit tinggi alias “stiletto” menjadi tren di awal 1950-an.
1962
Phil Knight dan Bill Bowerman melucurkan sepatu atletik berteknologi tinggi (di tahunnya) dengan Blue Ribbon Sports (BRS) dan pada tahun 1968 seiring dengan design dan teknologinya yang baru, juga mengganti nama mereka menjadi Nike.
1970
• Platform shoes dengan tumit setinggi 2-5 inci menjadi incaran pria dan wanita.
• Era 70-an juga merupakan awal bagi sepatu model bakiak menjadi populer.
1972
Logo Adidas mengalami perubahan dengan memakai konsep “Trefoil Logo” yakni logo visual tiga daun kerangkai.
1979
Nike menciptakan seri Nike Air yang pertama. Lalu pada tahun 1982 dirilis Air Force One, dan meluncurkan si legendaris Nike Air Jordan (1985)—yang merupakan sebuah achievement bagi the rookie of Chicago Bulls’, Michael Jordan hingga Nike Air Max pada tahun 1987.
1990
Awal era ini diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna dan persegi. Namun, lagi-lagi platform shoes kembali berjaya.
1995
Museum sepatu Bata di Toronto, Kanada resmi dibuka pada bulan Mei.
1996
Adidas melakukan modernisasi dengan konsep “We knew then-we know now” yang menggambarkan kesuksesan masa lalu dan kejayaan masa kini.
1998-2001
Sepatu lars menjadi salah satu simbol paling populer dari Orde Baru yang militeristik. Karena sepatu itu pula yang digunakan untuk menendang para demonstran di jalanan Yogyakarta, Solo, Gejayan, Semanggi dan di mana saja para demonstran membentangkan spanduk dan menyorongkan megaphone.
2006-2008
Model wedges shoes (bertumit sebiji) yang cocok dengan banyak jenis outfit, warp dan strappy shoes menjadi incaran wanita. Platform shoes memang tak ada ‘matinya’.
1800
Sepatu bersol karet pertama dibuat dan dinamakan “Plimsolls.”
1892
Pertama-tama Goodyear, kemudian perusahaan sepatu karet dan divisi dari US Rubber Company, memulai memproduksi sepatu karet dan kanvas dalam nama yang berbeda dan pada akhirnya ditentukan bahwa Keds adalah nama yang terbaik.
1908
Marquis M. Converse mendirikan Converse shoe company, yang merevolusi permainan bola basket lebih dari seabad dan menjadi ikon Amerika.
1917
Sepatu keds adalah sepatu atletik pertama yang diproduksi secara massal. Kemudian sepatu ini nantinya akan disebut sneakers oleh Henry Nelson McKinney, seorang agen periklanan untuk N.W. Ayer & Son, karena solnya lebih halus dan tidak menimbulkan suara decitan pada kondisi tertentu.
1917
Converse mengeluarkan sepatu basket pertama, the Converse All Star.
1920
Adi Dassler, pendiri Adidas, mulai memproduksi sepatu olahraga buatan tangan di kamar mandi ibunya, tanpa bantuan alat-alat listrik.
1923
The All Star memberikan kesempatan pada Chuck Taylor All Star, seorang pemain basket, seorang bocah dan pemberontak untuk lebih dari 50 tahun. Dia juga dikenal sebagai Chucks, Cons, Connies, sepatu itu sejak dirilis telah terjual lebih dari 744 juta di 144 negara.
1924
Adi dan Rudolph Dassler, dengan bantuan 50 anggota keluarganya, mendaftarkan bisnisnya dengan nama Gebr der Dassler Schuhfabrik di Herzogenaurach, Jerman. Ini menjadi awal berdirinya Adidas seperti sekarang
1931
Adidas memproduksi sepatu tenis pertamanya.
1935
Converse merilis the Jack Purcell dengan logo “Smile” di bagian depan. Sepatu itu menjadi sangat terkenal di Hollywood dan di kalangan anak-anak nakal, namun pada tahun 1930, ketika badminton dan tenis menjadi terkenal, Jack Purcell hanya tinggal sejarah.
1948
Puma Schuhfabrik Rudolf Dassler didirikan dan dunia dikenalkan pada PUMA Atom, sepatu sepak bola pertama PUMA digunakan oleh tim sepakbola Jerman Barat.
1950’s
• Sneakers menjadi sepatu pilihan di mana-mana dan menjadi simbol dari pemberontakan. Murah dan mudah diperoleh oleh seluruh anak muda di seluruh dunia. Di U.S., cheerleaders menggunakan sweaters, rok mini dan kaos kaki pendek dengan sepatu dan atasan canvas (atau keds). The fashion secara resmi diperkenalkan ketika James Dean difoto menggunakan celana jinsnya dan sneakers putih.
• Sepatu bertumit tinggi alias “stiletto” menjadi tren di awal 1950-an.
1962
Phil Knight dan Bill Bowerman melucurkan sepatu atletik berteknologi tinggi (di tahunnya) dengan Blue Ribbon Sports (BRS) dan pada tahun 1968 seiring dengan design dan teknologinya yang baru, juga mengganti nama mereka menjadi Nike.
1970
• Platform shoes dengan tumit setinggi 2-5 inci menjadi incaran pria dan wanita.
• Era 70-an juga merupakan awal bagi sepatu model bakiak menjadi populer.
1972
Logo Adidas mengalami perubahan dengan memakai konsep “Trefoil Logo” yakni logo visual tiga daun kerangkai.
1979
Nike menciptakan seri Nike Air yang pertama. Lalu pada tahun 1982 dirilis Air Force One, dan meluncurkan si legendaris Nike Air Jordan (1985)—yang merupakan sebuah achievement bagi the rookie of Chicago Bulls’, Michael Jordan hingga Nike Air Max pada tahun 1987.
1990
Awal era ini diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna dan persegi. Namun, lagi-lagi platform shoes kembali berjaya.
1995
Museum sepatu Bata di Toronto, Kanada resmi dibuka pada bulan Mei.
1996
Adidas melakukan modernisasi dengan konsep “We knew then-we know now” yang menggambarkan kesuksesan masa lalu dan kejayaan masa kini.
1998-2001
Sepatu lars menjadi salah satu simbol paling populer dari Orde Baru yang militeristik. Karena sepatu itu pula yang digunakan untuk menendang para demonstran di jalanan Yogyakarta, Solo, Gejayan, Semanggi dan di mana saja para demonstran membentangkan spanduk dan menyorongkan megaphone.
2006-2008
Model wedges shoes (bertumit sebiji) yang cocok dengan banyak jenis outfit, warp dan strappy shoes menjadi incaran wanita. Platform shoes memang tak ada ‘matinya’.
0 komentar:
Posting Komentar